Adabul Muallim Wa Al Muta’allim
Dan Adab seorang Guru
MAKALAH
Tugas ini dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu
Tugas pada mata Kuliah Adabul Muallim Wa Al Muta’allim pada
Jurusan Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam Semester 3
OLEH:
Chilma Nihayatul Ulya 02161140
Asriana 02161127
Ulpa Reni 02161113
Dosen Pemandu : H.Misbahuddin,
S.Pd.M.Pd
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
STAIN WATAMPONE
2017
KATA
PENGANTAR
Syukur alhamdullilah
senangtiasa kita panjatkan atas kehadirat Allah Swt. Karena atas berkah,
rahmat, hidayat dan kesehatan dari-Nya, sehingga kita bisa menyelesaikan
makalah ini. Dan tak lupa shalawat dan salam kita kirimkan untuk baginda
Nabiullah Muhammad Saw, nabi yang telah membawa ummatnya dari zaman jahiliah kezaman
yang terang-benderang, juga nabi yang telah diutus oleh Allah Swt. kemuka bumi
ini sebagai rahmatanlilalamin.
Makalah ini kami buat
dengan tujuan untuk memenuhi salah satu mata kuliah yakni Ababul Muallim Wa
Al Muta’allim. Kami berharap dalam penyusunan makalah ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua.
Tentunya kami sadari
bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saran
dan kritik kami perlukan dalam hal yang bersifat membangun karena tidak
dipungkiri bahwa makalah ini masih terdapat kesalahan dalam penyusunanya.
Watampone,25 September
2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang..................................................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah................................................................................................ 1
C.
Tujuan
Pembahasan............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Adabul
Muallim wal Muta’allim.......................................................................... 2
B.
Etika
dan kewajiban guru ................................................................................... 5
C.
Etika
pelajar......................................................................................................... 5
D.
Adab
Seorang Guru............................................................................................. 6
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan.......................................................................................................... 11
B.
Saran.................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Manusia dilahirkan ke dunia ini tanpa
pengetahuan apapun, tetapi dalam kelahirannya telah dilengkapi dengan fitrah
yang memungkinkan untuk menguasai berbagai pengetahuan, dengan mengfungsikan
fitrah itu diharapkan manusia dapat belajar dari masyarakat. Diantaranya tanda
dari fitrah itu adalah Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang
sempurna,dengan menganugrahkan berbagai potensi akal dan potensi jasmani
(fisik).Seiring dengan perjalanan hidup manusia di dunia dengan kata lain
manusia butuh interaksi terhadap orang lain melalui pendidikan untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki manusia agar menjadi optimal.
Pendidikan
tidak bisa lepas dari kegiatan proses belajar mengajar karena di dalam
pendidikan mengandung timbal balik antara pendidik dan pengajar yang
berlangsung untuk mencapi tujuan tertentu dalam proses belajar mengajar, dan
pendidik dalam konsep Islam, pelajar dan pengajar harus memperhatikan
beberapa aturan yang bersifat akhlaki agar memperoleh kemanfaatan ilmunya
sehubungan dengan adanya persoalan tersebut maka perlu adanya pembahasan
tentang etika yang menyangkut keseluruhan aspek nilai perilaku.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
yang dimaksud adabul muallim wa al mata’allim?
2.
Bagaimana
adab seorang guru?
C.
Tujuan Pembahasan
1.
Untuk
mengetahui adabul muallim wa al muta’allim
2.
Untuk
mengetahui adab seorang guru
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Adabul Muallim Wal Muta’allim
Kitab adabul
muallim wal muta’alim meliputi beberapa bab, diantaranya
1.
keutamaan
ilmu dan ulama serta keutamaan proses belajar dan mengajar
2.
akhlak
pelajar pada dirinya sendiri
3.
akhlak
pelajar terhadap gurunya
4.
akhlak
pelajar terhadap pelajarannya
5.
akhlak
guru terhadap diri sendiri
6.
akhlak
guru ketika mengajar
7.
akhlak
guru terhadap pelajar
8.
tata
krama seorang guru didalam pelajarannya
9.
menerangkan
tentang tata krama seorang guru bersama muridnya
10.
tata
krama seorang pelajar dengan buku-buku sebagai alatnya ilmu
Hasyim asy’ari dalam kitab adabul muallim wal muta’allim
1. Hendaknya
seorang murid meneliti terlebih dahulu dengan meminta petunjuk kepada Allah
siapa guru yang harus diambil dengan
mempertimbangkan akhlak dan etikanya
Dengan konsep di atas, sangat jelas bahwa murid di tuntut untuk hati-hati memilih guru dalam belajarnya.hal ini akan berakibat pada diri murid itu sendiri.
2. Memperhatikan apa yang menjadi haknya dan tidak melupakan keutamaan dan kebaikannya, serta mendoakan gurunya baik ketika ia hidup atau ia meninggal dan memelihara kekerabatan dan keturunannya.
Hubungan yang dimaksud adalah adanya keterkaitan secara interen dan erat tidak hanya dalam artian lahir, akan tetapi juga batin. Jadi inilah yang menjadi bukti, bahwa pemikiran Hasyim Asy’ari sangat humanis dan bersifat religius, sehingga apa yang menjadi ajarannya menjadi bahan acuan yang sangat penting dalam mengembangkan komunitas pendidikan yang respec terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan relegiusitas dalam kehidupan.
3. Hendaknya memandang gurunya dengan penuh ketulusan dan ketakziman serta menyakini bahwa guru mempunyai kualitas dalam mengajar.
Konsekuensi dari konsep ini adalah profesionalisme guru harus benar-benar qualified baik secara keilmuan yang menjadi spesifikasi maupun keilmuan pendukung lainnya. Dengan demikian guru mempunyai otoritas yang efektif dalam proses belajar mengajar pada akhirnya akan menjadikan pendidikan berjalan secara maksimal. Dengan kata lain, seorang guru dituntut untuk komimen terhadap profesionalisme dalam mengemban tugasnya.
Karena seorang guru bisa dikatakan profesional apabila dalam dirinya terdapat sikap dedikatif yang tinggi terhadap tugasnya, sikap kometmen terhadap mutu dan hasil kerja serta sikap continous improvemen, yaitu selalu berusaha memperbaiki dan memperbaharui model-model atau cara kerjanya sesuai dengan tuntutan zamannya. Yang dilandasi oleh kesadaran yang tinggi bahwa tugas mendidik adalah tugas menyiapkan generasi penerus yang akan hidup pada zamanya di masa depan.
4. Murid tidak diperkenankan memanggil gurunya dengan sebutan namanya atau dengan Dhomir mukhotobah.
Penekanan ini akan berpengaruh terhadap kewibawaan guru dan menjadikan hubungan yang saling menghormati dan menumbuhkan dedikasi yang besar dalam lingkungan pendidikan. Bagaimana egaliter dan demokratisnya proses pendidikan, tetap menumbuhkan sikap dan prilaku yang beretika dan berakhlak. Dengan demikian, sikap dan prilaku yang diwujudkan ini bukan berarti tidak demokratis dan egaliter, akan tetapi lebih dipahami sebagai bagian dari penumbuhan tingkat kedewasaan dan sikap mental yang baik bagi anak didik.
5. Hendaknya murid dilarang masuk keruangan guru tanpa izin, dan menghilangkan bau serta memakai pakaian rapi ketika berada di ruang belajar.
Penjelasan ini menunjukkan bahwa Hasyim Asy’ari mencoba memberikan bimbingan dan proses belajar hendaknya dilakukan secara baik dan rapi, beretika dan disiplin. Masalah penampilan merupakan hal yang mendapat perhatian karena menyangkut keberhasilan pendidikan afektif psikomotorik.
6. Hendaknya murid jangan bicara ketika guru sedang menyampaikan materi atau memotongpembicaraannya.
Kaitannya dengan penciptaan suasana belajar mengajar Hasyim Asy’ari melarang muridnya memotong pembicaraan guru sebelum selesai berbicara. Begitu juga tidak diperkenankan berbicara dengan orang lain sementara guru sedang mengajar.
7. Hendaknya murid memilih orang yang dipandang berilmu serta etika dan akhlaknya baik dalam belajarnya
Dengan konsep di atas, sangat jelas bahwa Murid di tuntut untuk hati-hati memilih guru dalam belajarnya. Hal ini akan berakibat pada pada murid sendiri.
8. Hendaknya orang yang akan dijadikan guru itu adalah harus beryari’at yang baik serta diakui kemampuannya oleh guru-guru lainnya..
Karena profesi seorang guru tidak boleh mengabaikan kewajibannya. Ia wajib bekerja untuk dapat menghasilkan ilmu yang berkelanjutan, serta banyak membaca, menelaah, berfikir dan berdiskusi. Hal ini dilakukan karena derajat seorang guru yang alim sama dengan derjata para ulama’.
9. Hendaknya murid bersikap sopan santun di depan gurunya.
Dalam hal ini, bagaimana murid duduk dan bersikap dengan sopan ketika berhadapan dengan gurunya, lebih-lebih dalam proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.
10. Hendaknya murid berlemah lembut kepada gurunya dalam berbicara.
Dari sini dapat di lihat, bahwa seorang murid menunjukkan sikap akhlak yang baik terutama kepada gurunya, yaitu berupaya menyenangkan hati sang guru, serta tidak menunjukkan sikap yang memancing ketidaksenangan sang guru.
Dengan konsep di atas, sangat jelas bahwa murid di tuntut untuk hati-hati memilih guru dalam belajarnya.hal ini akan berakibat pada diri murid itu sendiri.
2. Memperhatikan apa yang menjadi haknya dan tidak melupakan keutamaan dan kebaikannya, serta mendoakan gurunya baik ketika ia hidup atau ia meninggal dan memelihara kekerabatan dan keturunannya.
Hubungan yang dimaksud adalah adanya keterkaitan secara interen dan erat tidak hanya dalam artian lahir, akan tetapi juga batin. Jadi inilah yang menjadi bukti, bahwa pemikiran Hasyim Asy’ari sangat humanis dan bersifat religius, sehingga apa yang menjadi ajarannya menjadi bahan acuan yang sangat penting dalam mengembangkan komunitas pendidikan yang respec terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan relegiusitas dalam kehidupan.
3. Hendaknya memandang gurunya dengan penuh ketulusan dan ketakziman serta menyakini bahwa guru mempunyai kualitas dalam mengajar.
Konsekuensi dari konsep ini adalah profesionalisme guru harus benar-benar qualified baik secara keilmuan yang menjadi spesifikasi maupun keilmuan pendukung lainnya. Dengan demikian guru mempunyai otoritas yang efektif dalam proses belajar mengajar pada akhirnya akan menjadikan pendidikan berjalan secara maksimal. Dengan kata lain, seorang guru dituntut untuk komimen terhadap profesionalisme dalam mengemban tugasnya.
Karena seorang guru bisa dikatakan profesional apabila dalam dirinya terdapat sikap dedikatif yang tinggi terhadap tugasnya, sikap kometmen terhadap mutu dan hasil kerja serta sikap continous improvemen, yaitu selalu berusaha memperbaiki dan memperbaharui model-model atau cara kerjanya sesuai dengan tuntutan zamannya. Yang dilandasi oleh kesadaran yang tinggi bahwa tugas mendidik adalah tugas menyiapkan generasi penerus yang akan hidup pada zamanya di masa depan.
4. Murid tidak diperkenankan memanggil gurunya dengan sebutan namanya atau dengan Dhomir mukhotobah.
Penekanan ini akan berpengaruh terhadap kewibawaan guru dan menjadikan hubungan yang saling menghormati dan menumbuhkan dedikasi yang besar dalam lingkungan pendidikan. Bagaimana egaliter dan demokratisnya proses pendidikan, tetap menumbuhkan sikap dan prilaku yang beretika dan berakhlak. Dengan demikian, sikap dan prilaku yang diwujudkan ini bukan berarti tidak demokratis dan egaliter, akan tetapi lebih dipahami sebagai bagian dari penumbuhan tingkat kedewasaan dan sikap mental yang baik bagi anak didik.
5. Hendaknya murid dilarang masuk keruangan guru tanpa izin, dan menghilangkan bau serta memakai pakaian rapi ketika berada di ruang belajar.
Penjelasan ini menunjukkan bahwa Hasyim Asy’ari mencoba memberikan bimbingan dan proses belajar hendaknya dilakukan secara baik dan rapi, beretika dan disiplin. Masalah penampilan merupakan hal yang mendapat perhatian karena menyangkut keberhasilan pendidikan afektif psikomotorik.
6. Hendaknya murid jangan bicara ketika guru sedang menyampaikan materi atau memotongpembicaraannya.
Kaitannya dengan penciptaan suasana belajar mengajar Hasyim Asy’ari melarang muridnya memotong pembicaraan guru sebelum selesai berbicara. Begitu juga tidak diperkenankan berbicara dengan orang lain sementara guru sedang mengajar.
7. Hendaknya murid memilih orang yang dipandang berilmu serta etika dan akhlaknya baik dalam belajarnya
Dengan konsep di atas, sangat jelas bahwa Murid di tuntut untuk hati-hati memilih guru dalam belajarnya. Hal ini akan berakibat pada pada murid sendiri.
8. Hendaknya orang yang akan dijadikan guru itu adalah harus beryari’at yang baik serta diakui kemampuannya oleh guru-guru lainnya..
Karena profesi seorang guru tidak boleh mengabaikan kewajibannya. Ia wajib bekerja untuk dapat menghasilkan ilmu yang berkelanjutan, serta banyak membaca, menelaah, berfikir dan berdiskusi. Hal ini dilakukan karena derajat seorang guru yang alim sama dengan derjata para ulama’.
9. Hendaknya murid bersikap sopan santun di depan gurunya.
Dalam hal ini, bagaimana murid duduk dan bersikap dengan sopan ketika berhadapan dengan gurunya, lebih-lebih dalam proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.
10. Hendaknya murid berlemah lembut kepada gurunya dalam berbicara.
Dari sini dapat di lihat, bahwa seorang murid menunjukkan sikap akhlak yang baik terutama kepada gurunya, yaitu berupaya menyenangkan hati sang guru, serta tidak menunjukkan sikap yang memancing ketidaksenangan sang guru.
Etika dan Kewajiban Seorang Pengajar / Guru
a. Memperlakukan para murid dengan
kasih sayang seperti anaknya sendiri
b. Mengikuti tauladan rosul ,
tidak mengharapkan upah, biasakan ataupun ucapkan terimakasih dengan ikhlas
c. Jangan lupa menasehati
murid tentang hal-hal yang baik
d. Jangan lupa mencegah dan
menasehati murit dari akhlak tercela, tidak secara terang-terangan tapi
hendaknya gunakan dengan sendirian.
e. Terangkanlah dengan kadar
kemampuan akal murid hingga batas kemampuan pemahaman mereka.
f. Definisi Hendaknya seorang guru
harus mengajar muridnya yang pemula dengan pelajaran yang simple dan mudah
dipahami
Etika pelajar
Dengan menjelaskan keutamaan
belajar Al-Ghozali mempertegaskan dalam ayat Al-quran Qs At-taubah
: 122 .
Artinya;” Orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya.” (QS.AT-TAUBAH: 122)
Etika yang harus dilakukan oleh
seorang pelajar yaitu:
1) Membersihkan jiwa dari
kejelekan akhlak, dan keburukan sifat karena ilmu itu adalah ibadahnya sholat
secara samar dan kedekatan batin kepada Allah
2) Menyedikitkan hubungan dengan
sanak keluarga dari hal keduniawian
3) Tidak sombong terhadap ilmu dan
pula menjahui tindakan tidak terpuji, terhadap guru
4) Tidak mengambil ilmu terpuji
selain mendalaminya sehingga selesai dengan mengetahui hakikatnya. Karena
keberuntungan melakukan sesuatu itu adalah menyelami (tabahhur) dalam sesuatu
yang dikerjakan
5) Jangan terburu-buru atau
tergesa-gesa kecuali kita telah menguasai ilmu yang telah dipelajari
sebelumnya. Karena sesungguhnya ilmu itu adalah sistimatik, satu bagian saling
terkait dengan yang lainya
Etika murid terhadap guru yang dirumuskan oleh Hasyim Asy’ari tersebut di atas tampak masih cukup relevan untuk diaplikasikan dalam kegiatan proses belajar mengajar di masa sekarang, kerena etika tersebut tersebut di samping tidak membunuh kreativitas murid, juga dapat mendorong terciptanya akhlak yang mulia di kalangan pelajar, dalam hal ini juga menjadi cita-cita dan tujuan pendidikan Islam
B.
Adab Seorang Guru
Apakah adab
itu?
Menurut
Prof. Naquib al-Attas, pakar filsafat dan sejarah Melayu, adab adalah
“pengenalan serta pengakuan akan hak keadaan sesuatu dan kedudukan seseorang,
dalam rencana susunan berperingkat martabat dan darjat, yang merupakan suatu
hakikat yang berlaku dalam tabiat semesta.”
Contoh 1: Manusia yang beradab kepada Alloh ta’ala adalah manusia yang mengenal Alloh dan mengakui hak dan kedudukan Alloh sebagai Pencipta alam semesta, yaitu disembah. Kemudian manusia tersebut merespon dengan melaksanakan sholat sebagai bentuk penyembahan dia kepada Alloh ta’ala. Itulah contoh manusia yang beradab kepada Alloh ta’ala.
Contoh 2: Anak yang beradab kepada orang tuanya adalah anak yang mengenal dan mengakui bahwa Alloh menciptakan dia melalui perantara orangtuanya. Ia menyadari bahwa orangtuanya telah merawat, menjaga, dan mendidiknya hingga dia cukup umur. Olehkarena itu orangtua berhak mendapatkan baktinya. Kemudian si anak merespon dengan berbakti dan berbuat baik kepada orang tua. Itulah contoh anak yang beradab kepada orangtua.
Contoh 1: Manusia yang beradab kepada Alloh ta’ala adalah manusia yang mengenal Alloh dan mengakui hak dan kedudukan Alloh sebagai Pencipta alam semesta, yaitu disembah. Kemudian manusia tersebut merespon dengan melaksanakan sholat sebagai bentuk penyembahan dia kepada Alloh ta’ala. Itulah contoh manusia yang beradab kepada Alloh ta’ala.
Contoh 2: Anak yang beradab kepada orang tuanya adalah anak yang mengenal dan mengakui bahwa Alloh menciptakan dia melalui perantara orangtuanya. Ia menyadari bahwa orangtuanya telah merawat, menjaga, dan mendidiknya hingga dia cukup umur. Olehkarena itu orangtua berhak mendapatkan baktinya. Kemudian si anak merespon dengan berbakti dan berbuat baik kepada orang tua. Itulah contoh anak yang beradab kepada orangtua.
Adab-adab seorang guru
Diantara
adab bagi seorang guru adalah berniat untuk mendapatkan ridlo Alloh ta’ala,
berhati-hati dan tidak serampangan dalam menjawab pertanyaan, jika berbuat
salah mau mengakui dan memperbaiki (inshaf), tawadlu dan tidak sombong,
simpatik dan penuh kasing sayang kepada murid, senantiasa belajar untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri.
1. Berniat untuk mendapatkan ridlo dari Alloh ta’ala
Seorang guru hendaknya meniatkan diri belajar dan mengajar untuk mendapatkan ridlo dari Alloh ta’ala, menyebarkan ilmu, menghidup-hidupkan agama, menegakkan kebenaran, berharap menumbuhkan bibit-bibit ulama yang menerangi manusia, serta mengharap pahala dari Alloh ta’ala. Seorang guru hendaknya tidak merendahkan dirinya dengan hanya mencari kemuliaan di dunia saja, hanya untuk mendapatkan harta benda, popularitas, kekuasaan dan tujuan duniawi lainnya
2. Berhati-hati, tidak serampangan menjawab pertanyaan
Ketika mendapatkan pertanyaan dari murid, biasanya seorang guru berhasrat untuk menjawabnya. Ini adalah hal yang wajar. Menjadi tidak wajar ketika, karena merasa malu jika dikatakan tidak bisa menjawab pertanyaan, seorang guru selalu menjawab setiap pertanyaan murid, padahal dia sendiri tidak memahami persoalan tersebut. Hal ini tentu berakibat buruk
Ketika mendapatkan pertanyaan dari murid, biasanya seorang guru berhasrat untuk menjawabnya. Ini adalah hal yang wajar. Menjadi tidak wajar ketika, karena merasa malu jika dikatakan tidak bisa menjawab pertanyaan, seorang guru selalu menjawab setiap pertanyaan murid, padahal dia sendiri tidak memahami persoalan tersebut. Hal ini tentu berakibat buruk
3. Jika berbuat salah, mengakui dan mau memperbaiki (inshaf)
Kadangkala kita temui ada seorang guru yang merasa dirinya paling pandai dan paling benar
Kadangkala kita temui ada seorang guru yang merasa dirinya paling pandai dan paling benar
4. Tawadlu dan tidak sombong, tidak menolak kebenaran dari
orang lain, walaupun lebih muda usianya.
Seorang guru layaknya menjadi teladan bagi muridnya bahwa belajar itu bisa dari siapa saja, termasuk orang yang usianya lebih muda. Jangan mentang-mentang sudah jadi guru, lalu enggan belajar dari orang yang lebih muda, bahkan muridnya sendiri pun. Mari kita saksikan bagaimana para maha guru kita memberikan teladan.
Diriwayatkan dari al-Fudhail bin ‘Iyadh, “Sesungguhnya Alloh mencintai orang ‘alim yang rendah hati dan membenci orang ‘alim yang angkuh. Dan, barangsiapa yang bersikap rendah hati semata-mata karena Alloh, maka Alloh akan mewariskan hikmah kepadanya.”
Seorang guru layaknya menjadi teladan bagi muridnya bahwa belajar itu bisa dari siapa saja, termasuk orang yang usianya lebih muda. Jangan mentang-mentang sudah jadi guru, lalu enggan belajar dari orang yang lebih muda, bahkan muridnya sendiri pun. Mari kita saksikan bagaimana para maha guru kita memberikan teladan.
Diriwayatkan dari al-Fudhail bin ‘Iyadh, “Sesungguhnya Alloh mencintai orang ‘alim yang rendah hati dan membenci orang ‘alim yang angkuh. Dan, barangsiapa yang bersikap rendah hati semata-mata karena Alloh, maka Alloh akan mewariskan hikmah kepadanya.”
5. Bersikap simpatik dan penuh kasih sayang kepada murid
Bagaimana mungkin seseorang mau belajar dari orang yang dia benci? Begitu juga seorang murid, dia akan cenderung malas dan menolak belajar dari guru yang dia tidak sukai. Oleh karena itu, hendaknya seorang guru bersikap simpatik kepada murid
6. Senantiasa belajar untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas diri
Seorang ahli ilmu adalah pembelajar sejati. Dia tidak pernah berhenti belajar. Seorang guru pun demikian, hendaknya senantiasa belajar dan belajar untuk terus memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri.
Seorang ahli ilmu adalah pembelajar sejati. Dia tidak pernah berhenti belajar. Seorang guru pun demikian, hendaknya senantiasa belajar dan belajar untuk terus memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri.
Sejatinya,
tugas guru adalah membangun peradaban suatu masyarakat dan bangsa. Hari ini,
kita merasakan keprihatinan luar biasa atas maraknya perilaku menyimpang di
kalangan para pelajar, seperti tawuran, perusakan (bullying), contek massal, penggunaan narkoba, dan praktik seks bebas.
Meski bukan satu-satunya pihak yang paling bertanggung jawab, namun guru terposisi sebagai pihak paling diharapkan peran dan fungsinya untuk membenahi perilaku anak-anak kita. Peradaban yang selamat dan menyelamatkan membutuhkan sosok guru yang terampil mengajarkan ilmu (pengajar) dan bisa jadi suri tauladan (pendidik).
Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh aku telah diutus (oleh Allah) sebagai seorang pengajar.” (HR Ibnu Majah). Sebagai pengajar, Rasulullah SAW merupakan sosok yang bijaksana, melimpah kasih sayangnya, metode pengajarannya menyenangkan, ucapannya lugas dan jelas, cerdas, memiliki perhatian yang besar kepada siapa saja muridnya.
Meski bukan satu-satunya pihak yang paling bertanggung jawab, namun guru terposisi sebagai pihak paling diharapkan peran dan fungsinya untuk membenahi perilaku anak-anak kita. Peradaban yang selamat dan menyelamatkan membutuhkan sosok guru yang terampil mengajarkan ilmu (pengajar) dan bisa jadi suri tauladan (pendidik).
Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh aku telah diutus (oleh Allah) sebagai seorang pengajar.” (HR Ibnu Majah). Sebagai pengajar, Rasulullah SAW merupakan sosok yang bijaksana, melimpah kasih sayangnya, metode pengajarannya menyenangkan, ucapannya lugas dan jelas, cerdas, memiliki perhatian yang besar kepada siapa saja muridnya.
Sebagai pendidik, Rasulullah SAW merupakan
pribadi dengan akhlak yang mulia (QS Al-Qalam: 4). Ketika anak-anak kita menunjukkan
perilaku tidak beradab di tengah-tengah masyarakat, maka para guru mesti
bermuhasabah, masihkah para guru komitmen dan konsisten mengamalkan adab
menjadi seorang guru? Adab merupakan akhlak, moral, tata krama, etik, nilai,
atau pandangan hidup (Pusat Bahasa Kemdiknas,2008).
Jadi, adab guru adalah akhlak guru atau nilai-nilai yang mendasari keyakinan guru dalam berpikir dan bersikap. Ada lima adab yang harus istiqomah diamalkan guru sebagai pengajar maupun pendidik.
Jadi, adab guru adalah akhlak guru atau nilai-nilai yang mendasari keyakinan guru dalam berpikir dan bersikap. Ada lima adab yang harus istiqomah diamalkan guru sebagai pengajar maupun pendidik.
·
Pertama, mengajar bukan karena tujuan ingin
mendapatkan imbalan dan bukan pula karena mengharapkan ucapan terima kasih.
Mengajar diniatkan sebagai salah satu cara untuk beribadah dengan mengharapkan
ridha Allah SWT.
·
Kedua, mengingatkan murid akan akhlak yang
buruk dengan ungkapan kasih sayang, tidak secara terang-terangan, dan dengan
ungkapan yang lemah lembut bukan celaan. Alangkah lebih baiknya para guru
merenungi kata-kata hikmah dari Imam As-Syafie: “Siapa yang menasihatimu secara
sembunyi-sembunyi, maka ia benar-benar menasihatimu. Siapa yang menasihatimu di
khalayak ramai, dia sebenarnya menghinamu.” Nasihatilah murid-murid
kita dengan kasih sayang dan menutupi aibnya agar tidak diketahui orang lain.
·
Ketiga, dianjurkan saat memberikan pelajaran,
guru memberikan penjelasan secara gamblang agar bisa dipahami oleh semua murid,
bahkan oleh murid dengan kemampuan daya tangkap rendah sekali pun. Imam
Tirmidzi dalam Kitab Asy-Syamail meriwayatkan dari Aisyah ra bahwasanya ia
berkata: “Rasulullah
SAW tidak pernah berkata dengan tergesa-gesa sebagaimana yang biasa kalian
lakukan. Akan tetapi, beliau berkata dengan ucapan yang sangat jelas dan rinci,
sehingga orang lain yang duduk bersamanya akan dapat memahami setiap perkataan
beliau.” (HR Imam Tirmidzi).
·
Keempat, guru menyayangi murid-muridnya seperti
mereka menyayangi anak-anaknya sendiri. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya
aku bagi kalian tiada lain hanyalah seperti orangtua kepada anaknya. Aku
mengajari kalian.” (Ibnu Majah melalui Abu Hurairah).
·
Kelima, hendaknya guru berbuat sesuai dengan
ilmunya, tidak mendustakan antara perkataan dan perbuatan. Allah SWT berfirman,
“Apakah
kamu menyuruh manusia (melakukan) kebajikan dan kamu melupakan (untuk menyuruh)
diri kamu sendiri...” (QS. Al-Baqarah: 44).
Ketika
murid tak mau mendengarkan dan mengikuti nasihat guru, alih-alih kita marah dan
menyalahkan perilaku murid, marilah bertanya dahulu pada diri sendiri, “Apakah
saya sudah menjadi guru yang beradab? Sudahkah saya melakukan apa yang saya
katakan kepada murid-murid?” Jangan pernah berdusta pada diri sendiri dan para
murid! Jika murid saja tak suka apalagi Allah SWT (QS Ash-Shaff: 3).
[1] Az-Zarnujji, Terjemahan TA’LIM MUTA’ALLIM, Cet.1, (Surabaya
: Mutiara Ilmu, 2009), hlm. 04-07
[2] Mustakim zaenal,Strategi dan Metode Pembelajaran,Cet.2, (Yogyakarta
: matagraf,2011) h. 4
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
keutamaan ilmu
dan orang yang memiliki ilmu, hanyalah hak ulama yang mengamalkan
ilmunya, berkepribadian baik dan bertakwa yang bertujuan untuk memperoleh
keridhaan Allah SWT, dekat dihadapanNya dengan mendapatkan surga yang penuh
dengan kenikmatan.Bukanlah orangyang ilmunya dimaksudan untuk tujuan-tujuan
duniawi, yakni jabatan, harta benda atau berlomba-lomba memperbanyak pengikut.
Telah diriwayatkan dari Nabi SAW: “Barang siapa mencari ilmu untuk menjatuhkan para ulama’, atau berdebat dengan para ahli fiqh atau bertujuan untuk memalingkan pandangan manusia, maka Allah akan memasukkannya ke dalam api neraka” (H.R. Al Turmudzi)
Telah diriwayatkan dari Nabi SAW: “Barang siapa mencari ilmu untuk menjatuhkan para ulama’, atau berdebat dengan para ahli fiqh atau bertujuan untuk memalingkan pandangan manusia, maka Allah akan memasukkannya ke dalam api neraka” (H.R. Al Turmudzi)
2.
adab bagi seorang guru adalah berniat untuk mendapatkan ridlo
Alloh ta’ala, berhati-hati dan tidak serampangan dalam menjawab pertanyaan,
jika berbuat salah mau mengakui dan memperbaiki (inshaf), tawadlu dan tidak
sombong, simpatik dan penuh kasing sayang kepada murid, senantiasa belajar
untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri
B. Saran
Kita sebagai manusia untuk
menjadi pemikir sejati, dibutuhan ketajaman pikiran, kecerdasan, kepekaan diri,
dalam memahami situasi, kecakapan dalam mencari jalan keluar setiap persolan,
serta memiliki hidup yang terus-menerus (istiqomah) dalam menggali pengetahuan .
dan semua itu tak akan dapat semua tercapai kecuali dengan proses belajar
mengajar.
Kami menyadari bahwa mungkin makalah kami ini jauh dari kata sempurna, untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi
peningkatan makalah kami ini dimasa mendatang. Dan makalah semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin yarobbal’alamin.
DAFTAR
PUSTAKA
Mustakim zaenal.Strategi dan Metode
Pembelajaran,Cet.2,Yogyakarta : matagraf.2011
Az-Zarnujji,Terjemahan TA’LIM
MUTA’ALLIM,Cet.1,Surabaya : Mutiara Ilmu,2009
Homalik Oemar. Pendidikan Guru,
Jakarta: Sinar Grafika Offset,2004
The 11 BEST Casinos in Milwaukee, WI - Mapyro
BalasHapusThe 11 BEST Casinos in Milwaukee, WI · 1. Mohegan 군산 출장안마 Sun Pocono, 1280 Highway 밀양 출장마사지 315 · 서울특별 출장마사지 2. The Art Museum 안동 출장샵 of Contemporary Art & Fine Art 의왕 출장안마 in Milwaukee, WI