Selasa, 03 Oktober 2017

Makalah Adabul Muallim Wa Al Muta'allim

Adabul Muallim Wa Al Muta’allim
 Dan Adab seorang Guru

MAKALAH

Tugas ini dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada mata Kuliah Adabul Muallim Wa Al Muta’allim pada Jurusan Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam  Semester 3
                                                                        OLEH:

Chilma Nihayatul Ulya         02161140
Asriana                                  02161127
Ulpa Reni                               02161113

Dosen Pemandu : H.Misbahuddin, S.Pd.M.Pd
                                   
                                               
                                                PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
STAIN WATAMPONE
2017


KATA PENGANTAR



Syukur alhamdullilah senangtiasa kita panjatkan atas kehadirat Allah Swt. Karena atas berkah, rahmat, hidayat dan kesehatan dari-Nya, sehingga kita bisa menyelesaikan makalah ini. Dan tak lupa shalawat dan salam kita kirimkan untuk baginda Nabiullah Muhammad Saw, nabi yang telah membawa ummatnya dari zaman jahiliah kezaman yang terang-benderang, juga nabi yang telah diutus oleh Allah Swt. kemuka bumi ini sebagai rahmatanlilalamin.
Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi salah satu mata kuliah yakni Ababul Muallim Wa Al Muta’allim. Kami berharap dalam penyusunan makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Tentunya kami sadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saran dan kritik kami perlukan dalam hal yang bersifat membangun karena tidak dipungkiri bahwa makalah ini masih terdapat kesalahan dalam penyusunanya.        
           
Watampone,25 September 2017



Penyusun


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................             ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................             iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.....................................................................................................             1
B.     Rumusan Masalah................................................................................................             1
C.     Tujuan Pembahasan.............................................................................................             1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Adabul Muallim wal Muta’allim..........................................................................           2
B.     Etika dan kewajiban guru ...................................................................................            5
C.     Etika pelajar.........................................................................................................           5
D.    Adab Seorang Guru.............................................................................................            6
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan..........................................................................................................          11
B.     Saran....................................................................................................................         11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................          12

 BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Manusia dilahirkan ke dunia ini tanpa pengetahuan apapun, tetapi dalam kelahirannya telah dilengkapi dengan fitrah yang memungkinkan untuk menguasai berbagai pengetahuan, dengan mengfungsikan fitrah itu diharapkan manusia dapat belajar dari masyarakat. Diantaranya tanda dari fitrah itu adalah Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang sempurna,dengan menganugrahkan berbagai potensi akal dan potensi jasmani (fisik).Seiring dengan perjalanan hidup manusia di dunia dengan kata lain manusia butuh interaksi terhadap orang lain melalui pendidikan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki manusia agar menjadi optimal.
            Pendidikan tidak bisa lepas dari kegiatan proses belajar mengajar karena di dalam pendidikan mengandung timbal balik antara pendidik dan pengajar yang berlangsung untuk mencapi tujuan tertentu dalam proses belajar mengajar, dan pendidik dalam konsep Islam, pelajar dan pengajar harus memperhatikan  beberapa aturan yang bersifat akhlaki agar memperoleh kemanfaatan ilmunya sehubungan dengan adanya persoalan tersebut maka perlu adanya pembahasan tentang etika yang menyangkut  keseluruhan aspek nilai perilaku.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud adabul muallim wa al mata’allim?
2.      Bagaimana adab seorang guru?
C.    Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui adabul muallim wa al muta’allim
2.      Untuk mengetahui adab seorang guru

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Adabul Muallim Wal Muta’allim
Kitab adabul muallim wal muta’alim meliputi beberapa bab, diantaranya
1.      keutamaan ilmu dan ulama serta keutamaan proses belajar dan mengajar
2.      akhlak pelajar pada dirinya sendiri
3.      akhlak pelajar terhadap gurunya
4.      akhlak pelajar terhadap pelajarannya
5.      akhlak guru terhadap diri sendiri
6.      akhlak guru ketika mengajar
7.      akhlak guru terhadap pelajar
8.      tata krama seorang guru didalam pelajarannya
9.      menerangkan tentang tata krama seorang guru bersama muridnya
10.  tata krama seorang pelajar dengan buku-buku sebagai alatnya ilmu
Hasyim asy’ari dalam kitab adabul muallim wal muta’allim
1. Hendaknya seorang murid meneliti terlebih dahulu dengan meminta petunjuk kepada Allah siapa guru yang harus diambil dengan mempertimbangkan akhlak dan etikanya
Dengan konsep di atas, sangat jelas bahwa murid di tuntut untuk hati-hati memilih guru dalam belajarnya.hal ini akan berakibat pada diri murid itu sendiri.

2. Memperhatikan apa yang menjadi haknya dan tidak melupakan keutamaan dan kebaikannya, serta mendoakan gurunya baik ketika ia hidup atau ia meninggal dan memelihara       kekerabatan     dan      keturunannya.
Hubungan yang dimaksud adalah adanya keterkaitan secara interen dan erat tidak hanya dalam artian lahir, akan tetapi juga batin. Jadi inilah yang menjadi bukti, bahwa pemikiran Hasyim Asy’ari sangat humanis dan bersifat religius, sehingga apa yang menjadi ajarannya menjadi bahan acuan yang sangat penting dalam mengembangkan komunitas pendidikan yang respec terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan      relegiusitas      dalam  kehidupan.

3. Hendaknya memandang gurunya dengan penuh ketulusan dan ketakziman serta menyakini bahwa guru mempunyai kualitas dalam mengajar.
Konsekuensi dari konsep ini adalah profesionalisme guru harus benar-benar qualified baik secara keilmuan yang menjadi spesifikasi maupun keilmuan pendukung lainnya. Dengan demikian guru mempunyai otoritas yang efektif dalam proses belajar mengajar pada akhirnya akan menjadikan pendidikan berjalan secara maksimal. Dengan kata lain, seorang guru dituntut untuk komimen terhadap profesionalisme dalam            mengemban     tugasnya.
Karena seorang guru bisa dikatakan profesional apabila dalam dirinya terdapat sikap dedikatif yang tinggi terhadap tugasnya, sikap kometmen terhadap mutu dan hasil kerja serta sikap continous improvemen, yaitu selalu berusaha memperbaiki dan memperbaharui model-model atau cara kerjanya sesuai dengan tuntutan zamannya. Yang dilandasi oleh kesadaran yang tinggi bahwa tugas mendidik adalah tugas menyiapkan generasi penerus yang akan hidup pada zamanya di masa depan.

4. Murid tidak diperkenankan memanggil gurunya dengan sebutan namanya atau dengan Dhomir mukhotobah.
Penekanan ini akan berpengaruh terhadap kewibawaan guru dan menjadikan hubungan yang saling menghormati dan menumbuhkan dedikasi yang besar dalam lingkungan pendidikan. Bagaimana egaliter dan demokratisnya proses pendidikan, tetap menumbuhkan sikap dan prilaku yang beretika dan berakhlak. Dengan demikian, sikap dan prilaku yang diwujudkan ini bukan berarti tidak demokratis dan egaliter, akan tetapi lebih dipahami sebagai bagian dari penumbuhan tingkat kedewasaan dan sikap mental yang      baik     bagi     anak     didik.

5. Hendaknya murid dilarang masuk keruangan guru tanpa izin, dan menghilangkan bau serta memakai pakaian rapi ketika berada di ruang belajar.
Penjelasan ini menunjukkan bahwa Hasyim Asy’ari mencoba memberikan bimbingan dan proses belajar hendaknya dilakukan secara baik dan rapi, beretika dan disiplin. Masalah penampilan merupakan hal yang mendapat perhatian karena menyangkut keberhasilan pendidikan afektif psikomotorik.

6. Hendaknya murid jangan bicara ketika guru sedang menyampaikan materi atau memotongpembicaraannya.
Kaitannya dengan penciptaan suasana belajar mengajar Hasyim Asy’ari melarang muridnya memotong pembicaraan guru sebelum selesai berbicara. Begitu juga tidak diperkenankan berbicara dengan orang lain sementara guru sedang mengajar.

7. Hendaknya murid memilih orang yang dipandang berilmu serta etika dan akhlaknya baik          dalam  belajarnya
Dengan konsep di atas, sangat jelas bahwa Murid di tuntut untuk hati-hati memilih guru dalam belajarnya. Hal ini akan berakibat pada pada murid sendiri.

8. Hendaknya orang yang akan dijadikan guru itu adalah harus beryari’at yang baik serta   diakui  kemampuannya            oleh     guru-guru        lainnya..
Karena profesi seorang guru tidak boleh mengabaikan kewajibannya. Ia wajib bekerja untuk dapat menghasilkan ilmu yang berkelanjutan, serta banyak membaca, menelaah, berfikir dan berdiskusi. Hal ini dilakukan karena derajat seorang guru yang alim           sama    dengan            derjata para     ulama’.
9. Hendaknya murid bersikap sopan santun di depan gurunya.
Dalam hal ini, bagaimana murid duduk dan bersikap dengan sopan ketika berhadapan dengan gurunya, lebih-lebih dalam proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.

10. Hendaknya murid berlemah lembut kepada gurunya dalam berbicara.
Dari sini dapat di lihat, bahwa seorang murid menunjukkan sikap akhlak yang baik terutama kepada gurunya, yaitu berupaya menyenangkan hati sang guru, serta tidak menunjukkan sikap yang memancing ketidaksenangan sang guru.
Etika dan Kewajiban Seorang Pengajar / Guru
a.       Memperlakukan para murid dengan kasih sayang seperti anaknya sendiri
b.      Mengikuti tauladan rosul , tidak mengharapkan upah, biasakan ataupun ucapkan terimakasih dengan ikhlas
c.       Jangan lupa  menasehati murid tentang hal-hal yang baik
d.      Jangan lupa mencegah dan menasehati murit dari akhlak tercela, tidak secara terang-terangan  tapi hendaknya gunakan dengan sendirian.
e.       Terangkanlah dengan kadar kemampuan akal murid hingga batas kemampuan pemahaman mereka.
f.        Definisi Hendaknya seorang guru harus mengajar muridnya yang pemula dengan pelajaran yang simple dan mudah dipahami
g.       Seorang guru harus mengamalkan ilmunya[1]

Etika pelajar
Dengan menjelaskan keutamaan belajar Al-Ghozali  mempertegaskan dalam ayat Al-quran Qs  At-taubah : 122 .

Artinya;” Orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS.AT-TAUBAH: 122)




Etika yang harus dilakukan oleh seorang pelajar yaitu:
1)      Membersihkan jiwa dari kejelekan akhlak, dan keburukan sifat karena ilmu itu adalah ibadahnya sholat secara samar dan kedekatan batin kepada Allah
2)      Menyedikitkan hubungan dengan sanak keluarga dari hal keduniawian
3)      Tidak sombong terhadap ilmu dan pula menjahui tindakan tidak terpuji, terhadap guru
4)      Tidak mengambil ilmu terpuji selain mendalaminya sehingga selesai dengan mengetahui hakikatnya. Karena keberuntungan melakukan sesuatu itu adalah menyelami (tabahhur) dalam sesuatu yang dikerjakan
5)      Jangan terburu-buru atau tergesa-gesa kecuali kita telah menguasai ilmu yang telah dipelajari sebelumnya. Karena sesungguhnya ilmu itu adalah sistimatik, satu bagian saling terkait dengan yang lainya
6)      Pelurusan ujuan hanya karena Allah bukan karena harta dll[2]

            Etika murid terhadap guru yang dirumuskan oleh Hasyim Asy’ari tersebut di atas tampak masih cukup relevan untuk diaplikasikan dalam kegiatan proses belajar mengajar di masa sekarang, kerena etika tersebut tersebut di samping tidak membunuh kreativitas murid, juga dapat mendorong terciptanya akhlak yang mulia di kalangan pelajar, dalam hal ini juga menjadi cita-cita dan tujuan pendidikan Islam
B.     Adab Seorang Guru
Apakah adab itu?
            Menurut Prof. Naquib al-Attas, pakar filsafat dan sejarah Melayu, adab adalah “pengenalan serta pengakuan akan hak keadaan sesuatu dan kedudukan seseorang, dalam rencana susunan berperingkat martabat dan darjat, yang merupakan suatu hakikat        yang    berlaku            dalam  tabiat   semesta.”
Contoh 1: Manusia yang beradab kepada Alloh ta’ala adalah manusia yang mengenal Alloh dan mengakui hak dan kedudukan Alloh sebagai Pencipta alam semesta, yaitu disembah. Kemudian manusia tersebut merespon dengan melaksanakan sholat sebagai bentuk penyembahan dia kepada Alloh ta’ala. Itulah contoh manusia yang beradab  kepada          Alloh   ta’ala.
Contoh 2: Anak yang beradab kepada orang tuanya adalah anak yang mengenal dan mengakui bahwa Alloh menciptakan dia melalui perantara orangtuanya. Ia menyadari bahwa orangtuanya telah merawat, menjaga, dan mendidiknya hingga dia cukup umur. Olehkarena itu orangtua berhak mendapatkan baktinya. Kemudian si anak merespon dengan berbakti dan berbuat baik kepada orang tua. Itulah contoh anak yang     beradab           kepada  orangtua.

Adab-adab seorang guru
            Diantara adab bagi seorang guru adalah berniat untuk mendapatkan ridlo Alloh ta’ala, berhati-hati dan tidak serampangan dalam menjawab pertanyaan, jika berbuat salah mau mengakui dan memperbaiki (inshaf), tawadlu dan tidak sombong, simpatik dan penuh kasing sayang kepada murid, senantiasa belajar untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri.

1. Berniat untuk mendapatkan ridlo dari Alloh ta’ala
Seorang guru hendaknya meniatkan diri belajar dan mengajar untuk mendapatkan ridlo dari Alloh ta’ala, menyebarkan ilmu, menghidup-hidupkan agama, menegakkan kebenaran, berharap menumbuhkan bibit-bibit ulama yang menerangi manusia, serta mengharap pahala dari Alloh ta’ala. Seorang guru hendaknya tidak merendahkan dirinya dengan hanya mencari kemuliaan di dunia saja, hanya untuk mendapatkan harta benda, popularitas, kekuasaan dan tujuan duniawi lainnya
2. Berhati-hati, tidak serampangan menjawab pertanyaan
Ketika mendapatkan pertanyaan dari murid, biasanya seorang guru berhasrat untuk menjawabnya. Ini adalah hal yang wajar. Menjadi tidak wajar ketika, karena merasa malu jika dikatakan tidak bisa menjawab pertanyaan, seorang guru selalu menjawab setiap pertanyaan murid, padahal dia sendiri tidak memahami persoalan tersebut. Hal ini tentu berakibat buruk
3. Jika berbuat salah, mengakui dan mau memperbaiki (inshaf)
Kadangkala kita temui ada seorang guru yang merasa dirinya paling pandai dan paling benar

4. Tawadlu dan tidak sombong, tidak menolak kebenaran dari orang lain, walaupun lebih  muda   usianya.
Seorang guru layaknya menjadi teladan bagi muridnya bahwa belajar itu bisa dari siapa saja, termasuk orang yang usianya lebih muda. Jangan mentang-mentang sudah jadi guru, lalu enggan belajar dari orang yang lebih muda, bahkan muridnya sendiri pun. Mari kita saksikan bagaimana para maha guru kita memberikan teladan.
Diriwayatkan dari al-Fudhail bin ‘Iyadh, “Sesungguhnya Alloh mencintai orang ‘alim yang rendah hati dan membenci orang ‘alim yang angkuh. Dan, barangsiapa yang bersikap rendah hati semata-mata karena Alloh, maka Alloh akan mewariskan hikmah                      kepadanya.”

5. Bersikap simpatik dan penuh kasih sayang kepada murid
Bagaimana mungkin seseorang mau belajar dari orang yang dia benci? Begitu juga seorang murid, dia akan cenderung malas dan menolak belajar dari guru yang dia tidak sukai. Oleh karena itu, hendaknya seorang guru bersikap simpatik kepada murid
6. Senantiasa belajar untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri
Seorang ahli ilmu adalah pembelajar sejati. Dia tidak pernah berhenti belajar. Seorang guru pun demikian, hendaknya senantiasa belajar dan belajar untuk terus memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri.
Sejatinya, tugas guru adalah membangun peradaban suatu masyarakat dan bangsa. Hari ini, kita merasakan keprihatinan luar biasa atas maraknya perilaku menyimpang di kalangan para pelajar, seperti tawuran, perusakan (bullying), contek massal,        penggunaan     narkoba,          dan      praktik seks     bebas. 
Meski bukan satu-satunya pihak yang paling bertanggung jawab, namun guru terposisi sebagai pihak paling diharapkan peran dan fungsinya untuk membenahi perilaku anak-anak kita. Peradaban yang selamat dan menyelamatkan membutuhkan sosok guru yang terampil mengajarkan ilmu (pengajar) dan bisa jadi suri tauladan (pendidik). 

Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh aku telah diutus (oleh Allah) sebagai seorang pengajar.” (HR Ibnu Majah). Sebagai pengajar, Rasulullah SAW merupakan sosok yang bijaksana, melimpah kasih sayangnya, metode pengajarannya menyenangkan, ucapannya lugas dan jelas, cerdas, memiliki perhatian yang besar kepada siapa saja muridnya.
Sebagai pendidik, Rasulullah SAW merupakan pribadi dengan akhlak yang mulia (QS Al-Qalam: 4). Ketika anak-anak kita menunjukkan perilaku tidak beradab di tengah-tengah masyarakat, maka para guru mesti bermuhasabah, masihkah para guru komitmen dan konsisten mengamalkan adab menjadi seorang guru? Adab merupakan akhlak, moral, tata krama, etik, nilai, atau pandangan hidup (Pusat Bahasa Kemdiknas,2008). 

Jadi, adab guru adalah akhlak guru atau nilai-nilai yang mendasari keyakinan guru dalam berpikir dan bersikap. Ada lima adab yang harus istiqomah diamalkan guru sebagai pengajar maupun pendidik.
·         Pertama, mengajar bukan karena tujuan ingin mendapatkan imbalan dan bukan pula karena mengharapkan ucapan terima kasih. Mengajar diniatkan sebagai salah satu cara untuk beribadah dengan mengharapkan ridha Allah SWT.
·         Kedua, mengingatkan murid akan akhlak yang buruk dengan ungkapan kasih sayang, tidak secara terang-terangan, dan dengan ungkapan yang lemah lembut bukan celaan. Alangkah lebih baiknya para guru merenungi kata-kata hikmah dari Imam As-Syafie: “Siapa yang menasihatimu secara sembunyi-sembunyi, maka ia benar-benar menasihatimu. Siapa yang menasihatimu di khalayak ramai, dia sebenarnya menghinamu.” Nasihatilah murid-murid kita dengan kasih sayang dan menutupi aibnya agar tidak diketahui orang lain. 
·         Ketiga, dianjurkan saat memberikan pelajaran, guru memberikan penjelasan secara gamblang agar bisa dipahami oleh semua murid, bahkan oleh murid dengan kemampuan daya tangkap rendah sekali pun. Imam Tirmidzi dalam Kitab Asy-Syamail meriwayatkan dari Aisyah ra bahwasanya ia berkata: “Rasulullah SAW tidak pernah berkata dengan tergesa-gesa sebagaimana yang biasa kalian lakukan. Akan tetapi, beliau berkata dengan ucapan yang sangat jelas dan rinci, sehingga orang lain yang duduk bersamanya akan dapat memahami setiap perkataan beliau.” (HR Imam       Tirmidzi).
·         Keempat, guru menyayangi murid-muridnya seperti mereka menyayangi anak-anaknya sendiri. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya aku bagi kalian tiada lain hanyalah seperti orangtua kepada anaknya. Aku mengajari kalian.” (Ibnu Majah melalui         Abu     Hurairah).
·         Kelima, hendaknya guru berbuat sesuai dengan ilmunya, tidak mendustakan antara perkataan dan perbuatan. Allah SWT berfirman, “Apakah kamu menyuruh manusia (melakukan) kebajikan dan kamu melupakan (untuk menyuruh) diri kamu sendiri...” (QS. Al-Baqarah: 44). 

Ketika murid tak mau mendengarkan dan mengikuti nasihat guru, alih-alih kita marah dan menyalahkan perilaku murid, marilah bertanya dahulu pada diri sendiri, “Apakah saya sudah menjadi guru yang beradab? Sudahkah saya melakukan apa yang saya katakan kepada murid-murid?” Jangan pernah berdusta pada diri sendiri dan para murid! Jika murid saja tak suka apalagi Allah SWT (QS Ash-Shaff: 3).



[1] Az-Zarnujji, Terjemahan TA’LIM MUTA’ALLIM, Cet.1, (Surabaya : Mutiara Ilmu, 2009),    hlm. 04-07
[2] Mustakim zaenal,Strategi dan Metode Pembelajaran,Cet.2, (Yogyakarta : matagraf,2011) h. 4



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.                  keutamaan ilmu dan  orang yang memiliki ilmu, hanyalah hak ulama yang mengamalkan ilmunya, berkepribadian baik dan bertakwa yang bertujuan untuk memperoleh keridhaan Allah SWT, dekat dihadapanNya dengan mendapatkan surga yang penuh dengan kenikmatan.Bukanlah orangyang ilmunya dimaksudan untuk tujuan-tujuan duniawi, yakni jabatan, harta benda atau berlomba-lomba memperbanyak    pengikut.
Telah diriwayatkan dari Nabi SAW: “Barang siapa mencari ilmu untuk menjatuhkan para ulama’, atau berdebat dengan para ahli fiqh atau bertujuan untuk memalingkan pandangan manusia, maka Allah akan memasukkannya ke dalam api neraka” (H.R. Al   Turmudzi)
2.                  adab bagi seorang guru adalah berniat untuk mendapatkan ridlo Alloh ta’ala, berhati-hati dan tidak serampangan dalam menjawab pertanyaan, jika berbuat salah mau mengakui dan memperbaiki (inshaf), tawadlu dan tidak sombong, simpatik dan penuh kasing sayang kepada murid, senantiasa belajar untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri

B.     Saran
Kita sebagai manusia untuk menjadi pemikir sejati, dibutuhan ketajaman pikiran, kecerdasan, kepekaan diri, dalam memahami situasi, kecakapan dalam mencari jalan keluar setiap persolan, serta memiliki hidup yang terus-menerus (istiqomah) dalam menggali pengetahuan . dan semua itu tak akan dapat semua tercapai kecuali dengan proses belajar mengajar.
       Kami menyadari bahwa mungkin makalah kami ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi peningkatan makalah kami ini dimasa mendatang. Dan makalah semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin yarobbal’alamin.






DAFTAR PUSTAKA


Mustakim zaenal.Strategi dan Metode Pembelajaran,Cet.2,Yogyakarta : matagraf.2011
Az-Zarnujji,Terjemahan TA’LIM MUTA’ALLIM,Cet.1,Surabaya : Mutiara Ilmu,2009
Homalik Oemar. Pendidikan  Guru, Jakarta: Sinar Grafika Offset,2004

1 komentar:

  1. The 11 BEST Casinos in Milwaukee, WI - Mapyro
    The 11 BEST Casinos in Milwaukee, WI · 1. Mohegan 군산 출장안마 Sun Pocono, 1280 Highway 밀양 출장마사지 315 · 서울특별 출장마사지 2. The Art Museum 안동 출장샵 of Contemporary Art & Fine Art 의왕 출장안마 in Milwaukee, WI

    BalasHapus