Minggu, 12 Maret 2017

Akhlak Kepada Kedua Orang Tua



KATA PENGANTAR



Syukur alhamdullilah senangtiasa kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkah, rahmat, hidayat dan kesehatan dari-NYA, sehingga kita bisa menyelesaikan makalah ini. Dan tak lupa shalawat dan salam kita kirimkan untuk baginda Nabiullah Muhammad SAW, nabi yang telah membawa ummatnya dari zaman jahiliah kezaman yang terang-benderang, juga nabi yang telah diutus oleh Allah SWT kemuka bumi ini sebagai rahmatanlilalamin.
Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi salah satu mata kuliah yakni QUR’AN HADIS. Kami berharap dalam penyusunan makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Tentunya kami sadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saran dan kritik kami perlukan dalam hal yang bersifat membangun karena tidak dipungkiri bahwa makalah ini masih terdapat kesalahan dalam penyusunanya.   
       
           







DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................             ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................             iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.....................................................................................................             1 
B.     Rumusan Masalah................................................................................................             2 
C.     Tujuan..................................................................................................................             2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian akhlak.................................................................................................             3 
B.     Berbakti kepada kedua orang tua........................................................................             4 
C.     Menjaga akhlak kepada kedua orang tua.............................................................             6
D.    Akhlak kepada orang tua menurut Al-qur’an dan Hadits...................................             12
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan..........................................................................................................             16 
B.     Saran....................................................................................................................             16
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................             17


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Betapa berat tanggungan seorang ibu dikala mengandung dan demikian pula kalau sudah datang waktunya melahirkan. Dengan mengerahkan seluruh perhatian, jiwa raga dan tenaga si ibu melahirkan jabang bayinya dengan harap-harap cemas. Berharap agar bayi yang dilahirkannya sehat dan sempurna keadaan sebagai manusia sempurna anggota badannya, seperti susunan jasmaninya dan tumbuh dalam kadaan yang wajarbaik jasmani maupun rohaninya. Cemas kalaw-kalaw jabang bayinya tidak normal  baik jasmani dan rohabinya atau ada gangguan-gangguan yang tidak diinginkannya .disamping itu derita jasmani si ibu menahan sakit di kala melahirkan jabang bayinya tersebut.
Setelah jabang bayinya lahir, betapa kasih sayang si ibu kepada anaknya, seakan-akan segala yang ada pada si ibu adalah untuk anaknya. Jiwa, raga perhatian, kasih sayang semuanya ditumpahkan untuk si jabang bayi itu, agar si bayi selamat sentosa dalam pertumbuhannya menjadi manusia yang baik. Kata sanjung dan manjaan, kata timang yang menandung doa dan harapan meluncur dicurahkan untuk si bayi, semoga kelak menjadi manusia yang ideal. Bagus, ayu, gagah, tampan, buyung, upik, asep, geulis, manis, molek, endah, elok dan semua sifat-sifat yang indah dan baik di panggilkan untuk anaknya, karena kasih sayang kepada anak.



B.       Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan menjadi pembahasan makalah ini, yaitu:
1.      Apa pengertian akhlak?
2.      Bagaimana berbakti kepada kedua orang tua?
3.      Bagaimana menjaga akhlak kepada orang tua?
4.      Apa saja ayat Al-Qur’an dan hadits nabi tentang akhlak kepada kedua orang tua ?
C.      Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah adalah:
1.         Untuk mengetahui pengertian Akhlak.
2.         Untuk mengetahui cara berbakti kepada kedua orang tua.
3.         Untuk mengetahui cara menjaga akhlak kepada kedua orang tua
4.       Untuk mengetahuai ayat dan al qur’an dan hadits nabi tentang akhlak kepada kedua orang tua

BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian akhlak
            Secara etimologis akhlak berasal dari bahasa arab yaitu Al-khulq, Al-khuluq yang mempunyai arti watak, tabiat,[1]. Berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq
            Kesamaan akar kata diatas mengisyaratkan bahwa dalam akhlaq tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak khaliq (tuhan) dengan perilaku makhluq (manusia). Atau dengan kata lain, tata perilaku seseorang terhadap orang laid an lingkungannya baru mengandung nilai akhlaq yang hakiki manakala tindakan atau perilaku tersebut didasarkan kepada kehendak  khaliqI  (tuhan). Dari pengertian etimologis seperti ini, akhlaq bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia, tetapi juga norma yang mengatur hubungan antar manusia dengan tuhan dan bahkan dengan alam semesta sekalipun.[2] Secara terminologis menurut Imam al-ghazali Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlikan pemikiran-pemikiran dan pertimbangan.[3]
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:





Artinya:
“Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya Hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (kami) bagi orang-orang yang bersyukur.”
(QS. Al- A’raf: 58)
Akhlak yang mulia adalah matlamat utama bagi ajaran Islam. Ini telah dinyatakan oleh Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam dalam hadisnya (yang bermaksud, antara lain: “Sesungguhnya aku diutuskan hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.

Hal ini ditegaskan lagi oleh ayat al-Qur’an dalam firman Allah:



Artinya:
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” (QS. Al-Qalam: 4)
B. Berbakti kepada kedua orang tua
Dalam Al-Quran dan Al-Hadis, permasalahan berbakti kepada orang tua senantiasa dikaitkan dengan keimanan kepada Allah, sedangkan masalah durhaka terhadap keduanya selalu dikaitkan dengan berbuat syirik terhadap-Nya.Tak heran bila sebagian ulama menyimpulkan bahwa keimanan seseorang tidak akan berarti selama dia tidak berbakti kepada kedua orang tuanya dan tidak ada bakti kepada keduanya selama dia tidak beriman kepada Allah.[4]
Berbuat baik kepada orang tua merupakan ajaran yang menjadi ketetapan kitabullah Al-Quran dan Al-Hadis. Allah Ta’ala berfirman:







        Artinya:
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan suatu pun. Dan berbuat baiklah kepda kedua orang ibu bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (Q.S. An-Nisa [4]: 36)    
Allah menghubungkan beribadah kepada-Nya dengan berbuat baik kepada orang tua. Hal ini menunjukkan betapa mulianya kedudukan orang tua dan birrul walidain ( berbuat baik kepada kedua orang tua) di sisi Allah.
Secara naluri, orang tua rela mati mengorbankan segala sesuatu untuk memelihara dan membesarkan anak-anaknya dan anak mendapatkan kenikmatan serta perlindungan sempurna dari kedua rang tuanya.
Seorang anak selalu merepotkan dan menyita perhatian orang tuanya. Tatkala kedua orang tua menginjak masa tua, mereka pun tetap berbahagia dengan keadaan putra-putrinya. Akan tetapi, betapa cepat seorang anak melalaikan jasa-jasa orang tuanya, hanya karena disibukkan oleh istri dan anak-anaknya. Ia tidak perlu menasehati anak-anaknya hanya seorang anak harus diingatkan dan digugah perasaannya atas kewajiban mereka terhadap orang tuanya yang sepanjang umurnya dihabiskan untuk mereka serta mengorbangkan segala yang ada demi kesenangan dan kebahagiaan mereka hingga datang masa lelah dan letih.
Oleh karena itu, berbuat baik kepada kedua orang tua menjadi keputusan mutlak dari Allah dan ibadah yang menempati urutan kedua setelah beribadah kepada Allah
 C. Menjaga Akhlak Kepada kedua orang tua
 a). Mentaati perintah kedua orang tua
Manusia penting untuk selalu menjaga akhlak kepada orang tua. Manusia harus mentaati perintah orang tua karena pada hakikatnya tidak ada orang tua yang menginginkan keburukkan bagi anak anaknya, jadi apapun perintah mereka, tak lain adalah bentuk kecintaan yang tulus tanpa pamrih. Keutamaan menjaga akhlak kepada orang tua melebihi keutamaan berjihad dijalan Allah,sebagaimana dalam hadis Abdullah binMas’ud r.a., yaitu sebagai berikut :
“Aku bertanya kepada Rasulullah SAW.: ‘Amalan yang paling utama?’ Beliau menjawab: ’shalat tepat pada waktunya.’Aku bertanya lagi: ‘Kemudian apa?’ Beliau menjawab: ‘Berbakti kepada kedua orang tua. ‘aku bertanya lagi: ‘kemudia apa? Beliau menjawab. ‘Berjihad dijalan Allah.’  (H.R. Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah.)

b).  Menolak perintah bermaksiat kepada allah dan rasul-Nya dengan cara baik dan Beretika
Keterbatasan pengetahuan dan keimanan, orang tua memerintahkan sesuatu yang bertentangan dengan perintah Allah maupun Rasulullah, jadi dalam keadaan semacam ini, agar akhlak kepada orang tua tetap terjaga, kita diperintahkan untuk menolak dengan cara cara yang baik. Allah berfirman dalam QS. Luqman ayat 15







“ Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan akusesuatu yang tidak da pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduannya, dan pergaulilah keduanya didunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku,kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan (QS. Luqman :15)

c) .    Berkata sopan dan tidak melukai hati
Menjaga akhlakkepada orang tua dapat dilakukan dengan menjaga adab berbicara kepada kedua orang tua dengan menggunakan bahasa yang baik, kalimat yang sopan, dan tidak menyakiti hati. Allah berfirman dalam Q.S. Al-Isra’ Ayat 24.








“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang, dan ucapkanlah do’a : ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduannya, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku waktu kecil.”
Kata-kata mulia yang dipakai untuk ayah dan ibu, tentu saja menurut adat yang berlaku, yang dengan kata-kata itu berarti memuliakan ibu dan ayahnya. Perkataan yang mulia bukan hanya terletak pada bentuk kata itu sendiri, melainkan juga tergantung kepada cara mengucapkannya, nada dan irama yang lembut, hati ibu dan ayah merasa bahagia.[5]




d).   Merawat kedua orang tua lanjut usia dengan sabar dan ikhlas
Agar Akhlak kepada orang tua seorang muslim tetap terjaga hendaknya mereka menjaga orang tuanya hingga kahir hayatnya. Allah berfirman dalam Q.S. A-Isra’ ayat 23






Artinya:
“… Bila salah satu dari keduanya atau kedua-duanya mencapai usia lanjut disisimu, maka janganlah kamu katakan : “ah!” dan jangan pula menghardik, dan katakana kepada mereka perkataan yang mulia!”
e). Kewajiban kepada ibu
Seseorang harus memuliakan ibunya karena memang jasa seorang ibukepada anaknya tidak bisa dihitung-hitung dan tidak bisa ditimbang dengan ukuran sampaipun dalam peribahasa kita terkenal; kasih ibu sepanjang jalan,kasih anak sepanjang ingatan. Ibu mengasihi anaknya tidak ada ujung penghabisannya bagaimanapun keadaan anaknya(kalau ada yang tidak demikian adalah merupakan pengecualian), tetapi kasih anak kepada orang tuanya bagaimanapun tidak seperti kasih orang tua terutama ibu kepada anaknya.
            Betapa jasa orang tua kepada anaknya itu, menurut hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab ‘’ Al Jami’ush-shahih’’ yang terkenal dengan nama kitab Shahih Muslim dalam kitabullah’itq, dari Abu Hurairah bahwa Nabi bersabda:





           

Artinya:
’tidak akan (dapat) membalas seorang anak kepada orang tuanya, kecuali si anak itu mendapatkan orang tuanya sebagai hamba sahaya, kemudian si anak membelinya dan memerdekakannya.[6]
            Ibu dan ayah adalah kedua orang tua yang sangat besar jasanya kepada anaknya, dan mereka mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap anaknya tersebut. Jasa mereka tidak dapat dihitung dan dibandingkan dengan harta, kecuali mengembalikan kecuali menjadi orang merdeka sebagai manusia mempunyai hak kemanusiaan yang penuh setelah menjadi budak karena sesuatu keadaan yang tidak diinginkan
            Kalau ibu merawat jasmani dan rohaninya sejak kecil secara langsung , maka bapakpun merawatnya, mencari nafkahnya, membesarkannya, mendidiknya dan menyekolahkannya, disamping usaha ibu. Menurut hadis yang diiwayatkan oleh Al-Bukhari muslim dari Abu Hurairah: seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah: ‘’Ya Rasulullah, siapakah yang harus saya berbuat baik? ‘’Rasulullah menjawab:’’kepada ibumu!’’ sahabat bertanya lagi: ‘’kemudian siapa lagi? Rasul menjawab lagi: kepada ibumu ! sahabat bertanya lagi: ‘’kemudian siapa lagi? Rasul menjawab lagi: kepada ibumu !  sahabat bertanya lagi (yang keempat kalinya): ‘’kemudian siapa lagi? ‘’Rasul menjawab:” kemudian kepada ayahmu”.

f). berbuat baik kepada Ibu dan atau Ayah yang sudah meninggal dunia
           
apabila ibu dan ayah masih hidup, si anak berkewajiban berbuat baik, dan itu mudah dilakukan  dengan berbagai macam cara, baik yang bersifat moral, maupun yang bersifat material.
            Bagaimana berbuat baik kepada orang tua yang sudah tiada. Dalam hal ini menurut tuntunan ajaran islam sebagaimana yang di ajarkan oleh Rasulullah dari Abu Usaid:









            Artinya:
            Abu Usaid berkata:”kami pernah berada pada suatu majelis bersama Nabi, sesorang bertanya kepada Rasulullah :wahai Rasululah, apakah ada sisa kebajikan setelah keduanya meninggal dunia yang aku untuk berbuat  sesuatu kebaikan kepada kedua orang tuaku”. Rasulullah bersabda: “ya, ada empat hal: mendoakan dan memintakan ampun untuk keduanya; menepati/melaksanaka janji keduanya; memuliakan teman-teman kedua orang tua; dan bersilatuhrahim yang engkau tiada mendapatkan kasih sayang kecualikarena kedua orang tua”.[7]
            Hadits ini menunjukkan cara kita berbuat baik kepada ibu dan ayah kita, apabila beliau-beliau itu sudah tiada.
D.   Akhlak Kepada Orang Tua Menurut Al-Qur’an dan Hadits
a).        Al-Qur’an







Artinya:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Q.S Luqman : 14)


b)Asar Al-Hadis
1)      Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Abdullah ibn Mas’ud berkata:
سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: اَلصَّلاَةُ لِوَقْتِهَا قُلْتُ: ثُــمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قُلْتُ: ثُــمَّ أَيٌّ؟قَالَ: اَلْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ. (رواه البخارى و مسلم)



Artinya:
“Aku bertanya kepada Rasulullah SAW; Apakah amalan yang di utama? Beliau menjawab, sholat pada waktunya. Saya bertanya lagi; kemudian apa? Beliau  menjawab, berbuat baik kepada kedua orang tua. Saya bertanya lagi; kemudian apa? Beliau  menjawab, jihad di jalan Allah.” (H.R. Al-Bukhori dan Muslim)


2)      Dalam riwayat lain dari Abdullah bin Amr bin Ash dikatakan:
عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَاعَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: رِضَااللهِ فِيْ رِضَاالْوَالِدَيْنِ وَسُخْطُ اللهِ فِيْ َسُخْطِ الْوَالِدَيْنِ (اخرجه التّرمذى وصحّحه ابن حبّان والحاكم)




Artinya:
Dari Abdullah bin Amr bin Ash RA., dari Nabi SAW beliau bersabda: Keridlaan Allah terletak pada keridlaan kedua orang tua, dan kemarahan Allah terletak pada kemarahan kedua orang tua. (dikeluarkan oleh Tirmidzi dan dibenarkan oleh Ibnu Hibban)


3)         Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra.:
عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ اِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَارَسُوْلَ اللهِ مَنْ اَحَقُّ بِحُسْنِ صَحَابَتِيْ؟ قَالَ: أُمُّكَ قَالَ: ثُـمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ قَالَ: ثُـمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ قَالَ: ثُـمَّ مَنْ؟قَالَ: ثُـمَّ مَنْ؟ قَالَ: ثُـمَّ أَبُوْكَ (رواه البخارى و مسلم)
Artinya:
Dari Abu Hurairah ra berkata: seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW, ia berkata: Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berhak untuk saya pergauli dengan baik? Nabi menjawab: “Ibumu”. Dia bertanya (lagi): lalu siapa? Nabi menjawab: “Ibumu”. Dia bertanya (lagi): lalu siapa? Nabi menjawab: “Ibumu”. Dia bertanya (lagi): lalu siapa? Nabi menjawab: kemudian bapakmu. (H.R. Al-Bukhori dan Muslim)




4)        Riwayat yang lain menyebutkan:
Al-Bazzar meriwayatkan hadis dari Buraidah dari ayahnya bahwa ada seorang laki-laki yang sedang thowaf sambil menggendong ibunya, lalu ia bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, “Apakah dengan ini saya sudah menunaikan haknya?” Beliau  menjawab, “Belum, walaupun secuil”.



[1] Al-munjid fi al-lughah wa al-I’lam (Beirut: Dar al-masyriq, 1989), cet. Ke 28,hlm. 164.
[2] Harun Nasution., Ensiklopedia Islam Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1992) hlm. 98.
[3] Drs.H.Yunahar Ilyas, Lc.,M.A. kuliah akhlak (Yogyakarta:LPPI, 1999) , hlm 1
[4] Drs.Rosihin Anwar,akhidah akhlak,(Bandung,CV.Pustaka,Bandung,2008),cet 1,hlm 231
[5] Drs.H.A. Mustofa.,Akhlak Tasawuf (bandung: CV.Pustaka Setia,2014), cet. Ke 6, hal 172
[6] HR.Muslim, Shahih muslim 25,26 Abu Dawud, cf.Al-Adawy,hal 101
[7] Ibid, hal 179
 

DAFTAR PUSTAKA
Nasution Harun,1992, Ensiklopedia Islam Indonesia, Djambatan, Jakarta
Ilyas Yunahar, 1999, Kuliah Akhlak, LPPI, Yogyakarta
Mustofa, 2014, Akhlak tasawuf, C.V Pustaka Setia, Bandung
Anwar Rosihin,2008,akhidah akhlak,CV Pustaka Bandung, Bandung